Senin, 06 Oktober 2014

PROFIL EKS PEMANGKU ADAT DESA SRIJAYA

                                                

Dia "Muhammad bin H. Nangtjik"  Lahir di Palembang Tahun 1937, Jabatan Kepala Kampung (Penggawa) Dusun Seridjaja Marga Rantau Bayur Ketjamatan   Banyuasin III. Memperoleh Gelar "SAKTI DJAJA." Wafat  Di Desa Srijaya Dusun Talang balam, 20 Januari 2011


Add caption

Minggu, 05 Oktober 2014

DESA SRIJAYA BERSELIMUT KABUT

Penduduk Desa Srijaya beberapa hari terakhir menggerutu karena tebalnya asap yang menyelimuti desa mereka. Kejadian ini sangat dirasakan pada saat pagi hari. Kekesalan sangat dirasakan oleh pengendara motor tempel yang akan mengangkut penumpang ke palembang karena jarak pandang hanya beberapa meter saja. Minggu (5/10).

Sementara itu penduduk yang mayoritas petani ini enggan keluar rumah karena takut akan dampak dari asap itu. "aku takut keluar rumah, gek napasku sesak lagi," ujar Si (red) yang pernah menderita sesak napas beberapa hari lalu.

Belum ada penyuluhan atau uluran tangan dari pihak terkait. Menurut pantauan kontributor berita ini kabut dipagi hari memang sangat tebal sehingga jarak pandang hanya beberapa meter saja. Hal ini disebabkan oleh sisa pembakaran hutan, terbukti ada sisa pembakaran yang jatuh ditempat-tempat tertentu sampai masuk kedalam rumah. (isk).




PROFIL DESA SRIJAYA




Desa Srijaya berada di kawasan Kecamatan Rantau Bayur Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Sebuah desa tua yang dulunya mengandalkan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan.

Desa ini sering luput dari perhatian lantaran letak geografisnya agak sulit dijangkau. Hal inilah yang menjadi biang keterlambatan pengembangan dan peningkatan kualitas kehidupan penduduknya. 



A. Sejarah 

Tidak ada yang tahu secara persis tahun berapa desa ini dididirikan, bukan hanya desa Srijaya ini saja, namun semua desa yang ada disekitarnya pun demikian, termasuk Sejagung, Arisan Musi, Bentaian, Kemang Bejalu, Kemiri, dan lain-lain, bahkan Ibu kota Kecamatan pun tidak ada catatan resmi yang menyatakan tahun berdirinya.

Namun dari berbagai informasi yang berhasil digali dari pemangku adat setempat bahwa desa ini dulu disebut sebagai KAMPUNG KAJAYO, berubah menjadi PERJAYO, kemudian berubah menjadi SERIDJAJA, dan terakhir menjadi Desa SRIJAYA. Dulunya dipimpin oleh seorang KERIO dan seorang PENGGAWA. Dengan adanya perubahan peraturan tentang perangkat desa, maka Kampung tadi berubah namanya menjadi desa yang dipimpin oleh Kepala Desa dan seorang sekretaris, beberapa Kadus serta beberapa Ketua RT.

Diperkirakan desa ini berdiri pada zaman penjajahan Belanda dan masih berbentuk hutan, mulanya dihuni oleh dua keluarga yang merantau dari Kampung Tebing Abang, yakni H. Kehe dan dan H. Nangtjik. Terbukti bahwa hampir semua wilayah itu sekitar tahun 1973 dikuasai oleh anak cucu dua keluarga ini. Sampai saat ini zuriat keturunannya masih banyak berada didesa ini.

Baru setelah zaman kemerdekaan, desa ini didatangi oleh penduduk baru yang berniat untuk bertani. Mereka sebagian besar berasal dari Ogan Ilir seperti Meranjat, Beti, Pemulutan, Pegagan, Benawa, dan lain-lain.

Masih menurut pemangku adat, bahwa kampung ini dulunya diatur oleh tetua kampung H. Kehe, yang tak lain uwak pemangku adat. Kemudian diteruskan oleh Kerio Dul, dilanjutkan oleh Kerio Ya'kub dengan seorang Kepala Kampung (Penggawa) Muhammad bin H. Nangtjik.

Selanjutnya berubah menjadi Desa. Pada awalnya Desa ini dipimpin oleh Dencik Aman. Setelah habis masa jabatannya digantikan oleh Mashur. Lalu di pimpin oleh Amir Hamzah, dilanjutkan oleh Maliyan dan terakhir Hasanal.


B. Letak Geografis

Desa Srijaya berada di tepian Sungai Musi. Sebelah utara berbatasan dengan desa Sungai Naik, sebelah barat dengan desa Bentaian, sebelah selatan berbatasan dengan desa Arisan Belida, dan sebelah timur berbatasan dengan desa Sejagung. 

Keistimewaan desa ini adalah dapat dijangkau dengan dua rute, yakni rute sungai dan rute darat. Untuk rute sungai, jarak tempuh antara kota Palembang dengan desa ini diperkirakan 35 kilometer.  Jika   mengendarai motor sungai dapat ditempuh sekitar 4 jam dan  jika menggunakan motor tempel memerlukan waktu  lebih kurang 45 menit.

Jika melalui jalur darat, perjalanan dimulai dari pintu gerbang BPTU Sembawa dan berakhir di dusun Talang Balam. Namun ketika musim hujan, perjalanan harus ekstra hati-hati, karena bisa saja terjebak dalam lumpur. Jarak tempuh sekitar 8 KM dengan lama perjalanan lebih kurang 45 menit.

Sesampai di Talang Balam, mobil dititipkan di tempat penitipan, sedangkan untuk yang bersepeda motor dapat naik langsung ke motor ketek dan menyeberang dengan ketek itu sekitar 5 sampai 10 menit.

Untuk hal-hal yang berurusan ke Kantor Camat Rantau Bayur, Polsekta, KUA, Bank, dan lain-lain, jika melewati rute darat menjadi sangat sulit dijangkau karena rute yang dilalui berbelit-belit dan tragisnya harus melewati satu kecamatan lain terlebih dahulu yakni kecamatan Sembawa. Sedangkan kalau melalui jalur sungai tidak ada sama sekali TRANSPORTASI UMUM penghubung Desa Srijaya ke Rantau Bayur. (Isk).










FOTO SITUASI